Gerakan Pramuka Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama
organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di
Indonesia. Kata "
Pramuka" merupakan singkatan dari
Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
Pramuka merupakan sebutan bagi
anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi;
Pramuka Siaga (7-10 tahun),
Pramuka Penggalang (11-15 tahun),
Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan
Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu
Pembina Pramuka,
Andalan Pramuka,
Korps Pelatih Pramuka,
Pamong Saka Pramuka,
Staf Kwartir dan
Majelis Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan
sekolah dan di luar lingkungan
keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Kepramukaan,
yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti
luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan
dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa
Indonesia.
Sejarah
Lambang identitas dari INPO yang berupa bendera merah dan putih berukuran 84 cm X 120 cm.
Gerakan Pramuka atau
Kepanduan di
Indonesia telah dimulai sejak tahun
1923 yang ditandai dengan didirikannya
(Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di
Bandung.
[1] Sedangkan pada tahun yang sama, di
Jakarta didirikan
(Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).
[1] Kedua organisasi cikal bakal
kepanduan di
Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama
(Belanda) Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di
Bandung pada tahun
1926.
[1] Pendirian gerakan ini pada tanggal
14 Agustus 1961 sedikit-banyak diilhami oleh
Komsomol di
Uni Soviet.
[2]
Organisasi Kepanduan Indonesia di seputaran tahun
1920-an.
Pada tanggal
26 Oktober 2010,
Dewan Perwakilan Rakyat
mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Berdasarkan UU ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi
yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi
juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
[3]
Masa Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda
Indonesia
mempunyai "saham" besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan
Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan nasional
Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak adanya
dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya
berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "
Nederlandsche Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun
1912, yang pada saat pecahnya
Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "
Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun
1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah
Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa
S.P. Mangkunegara VII pada tahun
1916.
Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional,
seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder
Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "
Hizbul Wathan"
(HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat
Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian
diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan
SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong
Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie
(INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak
mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu
Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ
dan PPS pada tanggal
23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah
Kepanduan Bangsa Indonesia
(KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu
Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu
Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April
1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik
yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan yang
bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders
Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita
(SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas
agama
Pandu Ansor, Al Wathoni,
Hizbul Wathan, Kepanduan
Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas
Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian
Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu
pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti
dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan
dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli
1941 di Yogyakarta.
Masa Perang Dunia II
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan
dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat
Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya
menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat
kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya. Karena Pramuka
merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh
karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.